Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Melestarikan 'Teng-Tengan' di Semarang

Teng-tengan, barangkali nama ini masih asing ditelinga kebanyakan orang. Teng-tengan merupakn sebuah mainan semacam lampion, merupakan sebuah tradisi yang terus dipertahankan oleh masyarakat Purwosari Perbalan, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Terutama di bulan Ramadhan, masyarakat Purwosari Perbalan bahu membahu membuat Teng-tengan dan memasarkannya ke kampung-kampung di Kota Semarang.
Melestarikan Tradisi Teng-Tengan di Semarang
Teng-Tengan / img: kabarjateng.com
Dulu pada awal mulanya Teng-tengan tidak diperjualbelikan karena hanya difungsikan sebagai penerangan, namun dalam perkembangannya kini Teng-tengan menjadi kerajinan yang dipasarkan untuk mendapatkan penghasilan. Lampion yang terbuat dari kertas aneka warna ini mampu mendatangkan rezeki bagi masyarakat Purwosari Perbalan.

Dari informasi yang saya baca, sesepuh warga Purwosari Perbalan, Tunut Sofwani, menyatakan bahwa lampion pada awalnya bernama Dian Kurung ini dibuat pada 1942. Nama Dian Kurung diambil dari kata Dian yang berarti lampu, dan Kurung berarti kurungan. Dian Kurung awalnya dulu berbentuk segi empat, berbeda dengan lampion sekarang yang berbentuk prisma persegi delapan.

Semoga saja keberadaan Teng-tengan tetap terjaga, semoga generasi sekarang masih mau dan mampu melestarikan tradisi warisan leluhur ini.

Post a Comment for "Melestarikan 'Teng-Tengan' di Semarang"